/ Viralnya Lato-lato, Ternyata Pernah Dilarang di Era 70-an!
Viralnya lato-lato membuat orang-orang semakin penasaran dengan mainan yang suaranya super nyaring ini. Bukan sembarang mainan, orang dewasa pun ikut menikmati viralnya lato-lato yang dianggap layak jadi selingan pengisi waktu luang. Figur ternama layaknya Bapak Jokowi dan Kang Emil, gak mau ketinggalan ikut bermain lato-lato. Di balik viralnya lato-lato, ada cerita duka yang membuat mainan ini sempat mendapat peringatan pada tahun 70-an. Lantas, apakah bermain lato-lato menjadi hal yang berbahaya? cari tau jawabannya melalui artikel berikut!
Mainan dengan suara nyaring luar biasa yang satu ini, ternyata sudah digemari sejak tahun 1970-an, dengan berbagai nama di masing-masing di tiap daerah. Misalnya saja di Amerika Selatan yang disebut sebagai clackers. Ada juga belahan dunia lain yang menyebutnya dengan click-clacks, knockers, nok-nok, dan lain sebagainya.
Awalnya, lato-lato dibuat dengan bahan dasar kaca. Namun, karena berpotensi pecah yang terus-menerus, akhirnya bahan tersebut diganti dengan plastik. Ternyata, lato-lato yang berbahan plastik justru lebih sering pecah dari yang berbahan kaca. Setidaknya terdapat 4 korban mainan lato-lato dan mulai meresahkan sejumlah orang tua. Melihat fenomena ini, FDA (the Food and Drug Administration) memberikan peringatan bagi para pabrik pembuat lato-lato untuk memperhatikan keamanan bahan mainan tersebut.
Lambat laun, popularitas lato-lato menjadi turun meski sudah ada peningkatan penggunaan bahan mainan, dengan plastik yang lebih tahan lama dan anti pecah demi mencegah memar pada pengguna khususnya anak-anak.
Demi menghindari hal yang tidak diinginkan ketika anak join the hype atas viralnya lato-lato, sebaiknya kawasan bermain masih dalam jangkauan dan pengawasan orang tua. Perhatikan juga umur anak, pastikan bahwa anak mengerti konsekuensi dari bermain lato-lato untuk menghindari cedera yang akan terjadi. Jangan lupa, perhatikan juga waktu bermain lato-lato bagi anak agar suaranya tidak mengganggu orang-orang di sekitar.
Tentu saja. Selain bermain lato-lato, anak-anak pada jenjang 1-3 SD bisa mama dan papa ajak untuk mengisi waktu luang dengan berdongeng dan belajar membaca seru dari buku bacaan karya Sahabat Literasi Aruna. Berbagai macam tema dihadirkan seperti pengenalan emosi anak, buku dengan seri gerak, dan buku dengan seri literasi. Melalui buku ini juga, anak berkesempatan untuk melatih cara membacanya dari kosa kata baru yang bisa ditemuka di buku-buku karya Sahabat Literasi Aruna. Pssst, buku bacaan karya Sahabat Literasi Aruna juga menjadi media pengisi waktu luang, sekaligus bahan belajar bagi anak-anak dampingan Pita Kuning, lho. Terima kasih kakak-kakak Sahabat Literasi Aruna yang sudah membantu anak dengan kanker dari keluarga prasejahtera dampingan Pita Kuning. Yuk, samaan dengan koleksi buku Anak Pita Kuning dengan membaca karya Sahabt Literasi Aruna.
SUMBER:
Artikel berjudul ‘Clackers: The Toy That Was Banned Just Because It Injured Kids‘ oleh Kellar Ellsworth pada situs Groovy History