/ PCOS – Penyebab, Gejala, dan Penanganannya
PCOS atau Polycystic Ovary Syndrome merupakan kelainan hormonal yang kerap terjadi pada wanita baik usia remaja maupun dewasa. Penyakit ini kerap dihubungkan dengan masalah fertilitas bagi wanita. Lantas, benarkah demikian? Ada baiknya, kamu mengenal lebih dulu penyakit PCOS berikut.
PCOS adalah penyakit gangguan hormon yang dialami wanita, yang umum ditemukan pada perempuan usia reproduksi. Pada kasusnya di Indonesia (2011) frekuensi umur tertinggi wanita yang terkena penyakit ini yakni berusia 26-30 tahun yakni 45,7%. Wanita yang terkena Polycystic Ovary Syndrome umumnya memiliki menghasilkan insulin yang tidak dapat bekerja secara efektif. Akibatnya, dapat meningkatkan risiko terkena diabetes tipe 2. Selain itu, kadar androgennya juga lebih tinggi. Sehingga, berpotensi menghentikan pelepasan sel telur (ovulasi) dan menyebabkan menstruasi tidak teratur, adanya jerawat, penipisan rambut pada kulit kepala, tumbuhnya rambut berlebih di area wajah dan tubuh.
Biasanya, penyakit ini diikuti oleh masalah kesehatan serius seperti diabetes, penyakit jantung, darah tinggi, kolesterol, gangguan tidur, dan stroke. Bahkan, berpotensi menyebabkan seorang wanita mengalami anxiety dan depresi. Meski begitu, beberapa rangkaian pengobatan dapat bantu mengurangi gejala penyakit dan dapat menjalani aktivitas seperti biasa tanpa komplikasi yang berarti.
Hingga saat ini, penyebab PCOS belum diketahui secara pasti. Besar kemungkinan dari adanya penyebab penyakit ini yaitu genetik, ketidakseimbangan hormon, dan pil kontrasepsi. Adapun faktor lingkungan seperti status sosial ekonomi dan gaya hidup, juga mempengaruhi pengaruh PCOS.
Wanita yang memiliki PCOS, memiliki folikel kecil (kista berdiameter mulai dari 4 mm) yang menumpuk di ovarium atau disebut juga dengan ovarium polikiatik. Namun, folikel ini tak dapat tumbuh hingga memicu ovulasi. Akibatnya, kadar estrogen, progesteron, LH, dan FSH menjadi tidak seimbang.
Keluhan yang sering ditandai dari awal mulai penyakit ini yaitu adanya gangguan pada siklus menstruasi (85-90% dengan oligomenore dan 30-40% dengan amenore sekunder), infertilitas (90%–95%), serta kelainan lainnya seperti hirsutisme (70%) dan jerawat (15-30%). Berdasarkan hasil penelitian Sumapraja, terdapat sebanyak 44.8% pasien yang memiliki fenotip gangguan ovulasi dan ovarium polikistik.
Sehingga jelas bahwa gejala penyakit dapat ditunjukan melalui:
Menstruasi tidak teratur atur atau tidak menstruasi sama sekali (amonere)Tumbuhnya rambut berlebih di wajah dan tubuh, muncul jerawat, dan tipisnya rambut di kulit kepala.Tumbuhnya kista kecil di ovarium. Namun ada juga wanita tanpa PCOS memiliki kista di indung telurnya dan ada juga wanita dengan PCOS yang tidak memiliki kista.
Jika mengalami gejala di atas, segera periksakan ke dokter. Hindari mendiagnosa penyakit sendiri. Adapun rekomendasi yang dapat dilakukan bagi wanita yang memiliki penyakit ini yakni modifikasi gaya hidup kayaknya olahraga 150 menit agar dapat meningkatkan denyut jantung per minggu dan bantu menurunkan resistensi insulin. Diet sehat dan mengurangi konsumsi gula dan makanan cepat saji juga membantu menurunkan resistensi insulin.
Pilih terapi yang sesuai dengan gejala yang muncul dari masing-masing individu yang memiliki PCOS. Misalnya, wanita yang memiliki Polycystic Ovary Syndrome dan menunjukan keluhan menstruasi yang abnormal, kerap diobati dengan pil kontrasepsi oral yang mengandung hormon estrogen dan progesteron untuk mengatur siklus menstruasi pasien. Jangan lupa konsultasikan dengan dokter terkait gejala yang dialami.
PCOS tidak menjadi alasan mutlak penyebab terjadinya kanker. Namun, penyakit ini memiliki pengaruh dalam kasus kelebihan estrogen endogen. Dominasi estrogen dan insufisiensi progesteron relatif dapat mengakibatkan hiperplasia endometrium. Bila insiden hiperplasia endometrium tidak diobati, maka berpotensi berkembang menjadi kanker endometrium. Bagaimanapun, masih perlu banyak studi untuk mendukung hal tersebut.
Jangan lupa, konsultasikan ke dokter atas kemungkinan dari gejala-gejala penyakit yang muncul. Periksakan sesegera mungkin demi menghindari hal yang tak diinginkan. Sembari mawas diri akan penyakit yang sedang berdatangan, kamu juga bisa membantu adik-adik yang saat ini sedang melawan penyakit kanker. Tunjukan dukunganmu dengan menyebarkan informasi demi meningkatkan kesadaran kanker anak melalui situs ini. Terima kasih atas kontribusimu!
SUMBER:
Rajuddin, Rajuddin, Sarjani Sarjani, and Regina Marhadisony. “Penatalaksanaan hiperplasia atipikal pada wanita dengan infertilitas.” Jurnal Kedokteran Syiah Kuala 22.3 (2022).
Hestiantoro, A., B. Wiweko, and A. K. Harzif. “Konsensus tata laksana sindrom ovarium polikistik.” Himpunan Endokrinologi Reproduksi dan Fertilitas Indonesia (HIFERI) Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) (2016).
Artikel berjudul ‘Polycystic Ovary Syndrome (PCOS) Pada Remaja‘ oleh Akbar Novan Dwi Saputra, SpOG-KSM Obstetri dan Ginekologi RSUP Dr. Sardjito dan HUMAS Sardjito dalam situs RSUP Dr. Sardjito (2019).
Artikel berjudul ‘PCOS (Polycystic Ovary Syndrome) and Diabetes‘ dalam situs Centers of Disease Control and Prevention (2019).
TENTANG PITA KUNING
Pita Kuning adalah yayasan filantropi bagi anak (usia 0-18 tahun) dengan kanker dari keluarga pra-sejahtera, hadir dengan misi untuk meningkatkan kualitas hidup dan memberikan layanan psikososial bagi anak dengan kanker beserta keluarganya. Setelah membantu 8.000+ anak sejak berdiri tahun 2007, Pita Kuning kini fokus memberikan pendampingan berkala dengan mekanisme keanggotaan (membership).
Kolaborasi/publikasi silakan hubungi:
firlya@pitakuning.or.id
Media Sosial Pita Kuning
Instagram: @pita_kuning
Twitter: @pitakuning
Tiktok: @pita_kuning
Facebook: Pita Kuning
Youtube: Pita Kuning
Spotify: Pita Kuning Podcast