/ Tinggalkan Dunia Tambang: Perubahan Hidup Moses Lewat Trading dan Mimpi Keliling Dunia
Moses mengawali karier sebagai mine engineer di Balikpapan. Hari-harinya dihabiskan di tengah medan berat, mengelola operasi tambang dan perlahan menabung harapan. Ia membayangkan bisa punya penghasilan tambahan. Ia memulai perjalanan investasinya melalui reksadana untuk menemukan fakta bahwa manajer investasinya juga membeli saham.
“Kalau manajer investasinya bisa beli saham, kenapa saya nggak coba sendiri?” pikirnya saat itu.
Rasa penasaran membawanya masuk ke kelas pasar modal tiap akhir pekan. Ia mulai dari dasar, membeli saham-saham yang “dikenal” seperti Unilever. Baru seminggu, Moses mendapati harga sahamnya naik drastis, ia buru-buru menjualnya. Akan tetapi, ternyata harga justru terus naik, keadaan itu membuatnya tidak berani lagi membeli emiten yang sama.
“Saya sadar, kalau saham ini bukan soal keberuntungan. Ada ilmunya. Dan saya belum punya.” jelasnya dalam wawancara dokumenter bersama YouTube Sekali Seumur Hidup.
Masuk ke era 2016, Moses terjerat euforia grup-grup saham yang ramai di Telegram. Ia mengikuti rekomendasi, masuk ketika disuruh beli, keluar ketika disuruh jual. Tak ada analisis, tak ada filter.
“Sampai akhirnya, tabungan saya dari kerja bertahun-tahun benar-benar habis. Total 500 juta,” ungkapnya.
Rasa frustrasi muncul. Ia merasa bodoh, mual, dan tertekan. Tapi di tengah semua itu, Moses melakukan satu hal penting: ia berhenti, menganalisis ulang, dan memutuskan untuk belajar dengan cara yang benar.
Ia tak menyalahkan pasar. Ia sadar ini adalah kesalahan dirinya sendiri yang tidak memahami mekanisme pasar yang sesungguhnya.
Tahun 2018 menjadi titik jeda. Moses mengikuti berbagai online course, membaca buku-buku fundamental dan teknikal, hingga mengikuti seminar ke luar negeri. Ia mulai menyusun ulang cara berpikirnya: investasi bukan soal feeling, tapi struktur, pola, dan sistem yang dikendalikan oleh “bandar” tertentu.
Ketika pasar hancur saat pandemi, Moses tak panik. Ia mulai bereksperimen dengan cara analisis yang lebih sistematis. Bersama temannya yang ahli machine learning, ia membangun dan menguji sebuah tools sebuah sistem berbasis data yang bisa memetakan pergerakan pasar, analisis emiten, dan membaca pola pergerakan bandar.
Tools itu ia beri nama i-TradeX yang merupakan kepanjangan dari “innovative trading with x factors” yang akan membongkar rahasia-rahasia pasar yang sebelumnya sulit terbaca investor saham pemula.
“Kalau dulu saya analisis bisa sampai 4 jam, sekarang cuma butuh 5 menit,” jelas Moses.
Dengan pendekatan baru ini, Moses mulai hidup lebih bebas. Mulai dari 2021, ia hidup nomaden berkeliling Indonesia. Setelah bosan, ia memutuskan melanjutkan perjalanannya dengan menjelajah benua Amerika. Meski berada di belahan dunia yang lain, Moses tetap bisa memantau portofolio sahamnya dan berkomunikasi dengan komunitasnya lewat HP.
“Kita sama teman-teman bercanda, kalau saya lagi di negara A, B, C saya bilang, ‘hari ini kita disponsori emiten mana?’ saking kita punya banyak saham dari negara-negara lain,” kata Moses mengenang perjalanannya.
Tools-nya membantu mengenali saham sejak fase awal IPO, memetakan mana saham yang sedang akumulasi atau distribusi, hingga menentukan kapan waktu terbaik untuk masuk atau keluar dari pasar.
i-Trade X dikembangkan berdasarkan 4 pilar analisis:
Fundamental dan makroekonomi
Valuasi harga (price action)
Valuasi transaksi
Market maker behavior (aktivitas bandar)
Dengan sistem ini, investor pemula sekalipun bisa mengambil keputusan berbasis data, bukan sekadar “katanya grup” atau news asal-asalan.
“Saham itu instrumen investasi yang high risk high return, peluangnya besar. Tapi, kalau tidak punya ilmunya, akan jadi tantangan besar. Dan kalau tidak punya tools analisisnya, bisa jadi ancaman besar—persis seperti saya waktu mulai saham,” kata Moses.
Dari sini, Moses menekankan pentingnya proses analisis dalam mengolah data/berita saham untuk mengambil keputusan yang tepat dan akurat. Kehadiran i-Trade tentu akan membantu banyak orang yang belum terbiasa untuk analisis market untuk membaca pola dan berinvestasi sehat.
Moses percaya, investasi bukan hanya soal kekayaan pribadi. Tapi soal memperbaiki fondasi ekonomi masyarakat. Ia percaya, ketika orang Indonesia mulai menabung saham dengan cara yang benar, maka pendapatan per kapita masyarakat pun ikut meningkat.
“Instrumen ini bukan cuma high return, tapi juga high leverage untuk perubahan hidup. Mulailah sedini mungkin, dari 100 ribu, dari HP pun bisa. Yang penting bukan modalnya, tapi mindset dan tools analisisnya,” kata Moses.
Moses tak pernah menyangka bahwa kehilangan 500 juta akan menjadi investasi terbaik dalam hidupnya. Bukan karena uang itu kembali, tapi karena dari situlah ia menemukan sistem yang sehat, cara berpikir yang benar, dan misi untuk berbagi.
Kini, ia hidup dari investasi. Bekerja dari mana saja. Dan terus mengajak lebih banyak orang untuk masuk ke pasar modal bukan sebagai spekulan, tapi sebagai investor cerdas.
Karena bagi Moses, saham bukan lagi soal cuan. Tapi soal kendali atas waktu, tempat, dan hidup.