/ Puluhan Ribu Pekerja Terkena PHK Awal 2025, Peluang Baru Muncul di Dunia Digital
Jakarta, 11 April 2025 – Awal tahun 2025 menjadi periode yang penuh tantangan bagi dunia ketenagakerjaan di Indonesia. Dalam dua bulan pertama, terjadi gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) di berbagai sektor industri, terutama tekstil, garmen, dan manufaktur. Berdasarkan data dari Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI), tercatat lebih dari 60.000 pekerja kehilangan pekerjaan, sedangkan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) mencatat angka sekitar 40.000 orang.
Sejumlah perusahaan besar melakukan PHK massal akibat tekanan finansial dan penurunan permintaan global. PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex), yang sempat menjadi salah satu produsen tekstil terbesar di Asia Tenggara, menyatakan pailit dan memberhentikan lebih dari 10.000 pekerja. Selain itu, PT Danbi International melepas 2.079 pekerja, PT Yamaha Music Product Asia menghentikan 1.100 karyawan, serta PT Sanken Indonesia menutup pabriknya di Bekasi dan mem-PHK 459 karyawan.
Meskipun data resmi dari Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) mencatat angka PHK sebesar 3.325 orang sepanjang Januari 2025, kesenjangan data dengan pihak serikat pekerja dan pengusaha mengindikasikan adanya keterbatasan dalam pelaporan dan pemantauan langsung di lapangan. Wilayah yang paling terdampak adalah DKI Jakarta, disusul oleh Jawa Barat dan Jawa Tengah.
Seiring meningkatnya angka PHK, banyak pekerja mulai menjajal jalur alternatif di luar pekerjaan tetap, salah satunya melalui freelance dan kerja remote lintas negara. Pandemi yang mempercepat adopsi sistem kerja jarak jauh juga telah membuka jalan bagi pekerja Indonesia untuk bersaing di pasar global tanpa harus berpindah negara.
Profesi freelance yang paling diminati mencakup bidang kreatif dan digital. Misalnya, desainer grafis dan UI/UX kini banyak dicari untuk keperluan branding dan pengembangan produk digital. Selain itu, penulis konten dan copywriter banyak dibutuhkan oleh perusahaan lokal maupun internasional yang ingin memperkuat kehadiran digital mereka.
Pekerjaan seperti video editor, motion graphic artist, hingga social media strategist juga mengalami peningkatan permintaan, seiring dengan berkembangnya industri konten dan pemasaran digital. Di sektor teknologi, web developer, mobile app developer, dan software engineer menjadi profesi freelance yang paling banyak ditawarkan dalam berbagai platform digital.
Di sisi lain, meskipun industri teknologi sempat terdampak gejolak ekonomi dan PHK, sektor ini tetap menjadi salah satu pilar utama dalam menciptakan lapangan kerja baru. Transformasi digital yang terus berlangsung, ditambah dengan meningkatnya kebutuhan terhadap otomasi dan efisiensi, membuat permintaan terhadap tenaga kerja digital tetap tinggi.
Beberapa posisi yang kini menjadi incaran banyak perusahaan mencakup data analyst, data scientist, dan business intelligence specialist, yang memainkan peran penting dalam pengambilan keputusan berbasis data. Selain itu, permintaan terhadap software engineer, baik untuk pengembangan backend maupun aplikasi mobile, masih mendominasi bursa kerja digital.
Di tengah pesatnya adopsi teknologi komputasi awan, profesi seperti cloud engineer, DevOps specialist, dan cybersecurity analyst juga mengalami pertumbuhan signifikan. Tak ketinggalan, era kecerdasan buatan (AI) juga memunculkan posisi baru seperti AI specialist dan prompt engineer, yang bertanggung jawab dalam membangun sistem AI yang adaptif dan efisien.
Dengan dinamika tersebut, sektor teknologi tetap menjadi harapan utama bagi angkatan kerja Indonesia yang ingin beradaptasi dan berkembang di tengah disrupsi industri yang terus berjalan.
Gelombang PHK dan pergeseran kebutuhan industri mendorong lahirnya inisiatif baru untuk mempercepat proses reskilling tenaga kerja Indonesia. Di tengah kondisi ini, berbagai program pelatihan digital bermunculan untuk menjembatani kesenjangan keterampilan—salah satunya adalah Digital Career Bootcamp yang diselenggarakan oleh Maxy Academy.
Program ini dirancang untuk mempersiapkan peserta agar siap kerja di bidang digital, terutama dalam sektor yang kini paling dibutuhkan seperti digital marketing, desain UI/UX, pengembangan web, serta penggunaan AI untuk produktivitas kerja. Dengan kurikulum yang disusun bersama praktisi industri dan pendekatan berbasis proyek, bootcamp ini menyasar mereka yang ingin berpindah karier, meningkatkan keterampilan, atau bekerja secara remote.
“Fokus kami bukan hanya memberi pelatihan, tapi memastikan peserta siap bersaing di dunia kerja digital, baik lokal maupun global,” ujar Isaac Munandar, CEO Maxy Academy.
Perubahan struktur industri dan dinamika global menuntut pekerja untuk lebih adaptif terhadap perubahan. Masa depan dunia kerja akan didominasi oleh pola kerja hybrid, remote, serta kolaborasi lintas negara. Mereka yang mampu menguasai teknologi, berjejaring secara digital, dan terus memperbarui keterampilannya akan menjadi yang paling siap menghadapi era baru ketenagakerjaan.
Di tengah gelombang PHK, kesempatan tetap terbuka bagi mereka yang siap bertransformasi.