/ Dari 4P ke 7P: Marketing Mix yang Lebih Terintegrasi
Dalam perkembangan teknologi dan dinamika pasar yang terus berkembang, bidang marketing terus mengalami perubahan transformatif. Inti dari evolusi ini terletak pada teori Marketing Mix, sebuah konsep dasar yang telah mengalami perubahan dan penyempurnaan besar selama bertahun-tahun. Eksplorasi kami baru-baru ini dalam artikel "Supporting the Internationalization of SMEs: Marketing Mix" menyoroti 4P—Place, Price, Product, dan Promotion—sebagai pilar teori ini, yang awalnya disusun oleh E. Jerome McCarthy pada tahun 1960.
Menyadari pentingnya adaptasi, para pemasar di akhir tahun 70an menyadari perlunya perubahan paradigma, sehingga memunculkan Marketing Mix yang diperluas pada tahun 1981. Dibuat oleh Booms & Bitner, model ini berkembang melampaui 4P yang tradisional dan klasik, dengan memperkenalkan tiga komponen tambahan pada ranah marketing mix tersebut, yaitu Marketing Mix 7P yang komprehensif. Di luar pilar konvensional, 7P mencakup People, Process, dan Physical Evidence.
Terletak di pusat model 7P, komponen ini menggarisbawahi dampak besar personel terhadap kepuasan pelanggan. Setiap interaksi dengan pelanggan perusahaan meninggalkan kesan yang tak terhapuskan, yang menekankan pentingnya mengevaluasi dukungan dan saran purna jual.
Evaluasi yang tajam terhadap efisiensi dalam penyampaian produk/layanan kepada pelanggan akhir. Seringkali diabaikan, aspek ini membahas pengalaman pertama pelanggan dengan perusahaan, yang mencakup seluk-beluk proses penjualan, penanganan masalah teknologi yang memadai, dan proses yang melekat pada pelanggan yang berpusat pada pelanggan.
Memberikan kepastian yang jelas kepada pelanggan tentang produk, hal ini melibatkan penyajian bukti nyata, testimoni, dan ulasan dari pihak ketiga yang telah berinteraksi positif dengan perusahaan.
Pembatasan antara 4P dan 7P tidak hanya sekedar penambahan komponen saja; hal ini terletak pada tujuan yang ingin dicapai oleh setiap model. Meskipun 4P tetap relevan, terutama bagi usaha kecil yang berurusan dengan produk standar, 7P menawarkan pemahaman yang lebih mendalam tentang kebutuhan dan harapan pelanggan. Pemilihan antara model-model ini bergantung pada sifat bisnisnya. Bagi perusahaan yang mengkhususkan diri pada layanan atau menawarkan produk yang sangat terdiferensiasi, model 7P menjadi hal yang terpenting, yaitu menciptakan kepuasan pelanggan melalui pengalaman yang disesuaikan dan dukungan purna jual yang kuat.
Selain itu, model 7P berfungsi sebagai kompas yang sangat berharga dalam menavigasi lanskap dinamis yang dibentuk oleh transformasi digital dan kebangkitan e-commerce. Di era di mana pelanggan bukan sekadar konsumen pasif namun merupakan entitas yang cerdas dan selektif, model 7P memberikan perspektif yang berpusat pada konsumen. Pergeseran paradigma ini sejalan dengan berkembangnya cara pelanggan menemukan dan membeli produk, sehingga menghadirkan kerangka kerja holistik. Meskipun 4P merupakan hal yang mendasar, 7P menjembatani kesenjangan antara strategi pemasaran tradisional dan kontemporer, memastikan bisnis tetap gesit dan selaras dengan kebutuhan dinamis konsumen saat ini. Intinya, evolusi dari 4P ke 7P mengungkap babak mendalam dalam narasi inovasi pemasaran yang sedang berlangsung.