/ Krakatau Steel Tetap Konsisten Perkuat Industri Baja Dalam Negeri
Direktur Utama PT Krakatau Steel (Persero) Tbk, Akbar Djohan menyampaikan bahwa saat ini industri baja nasional tengah berada di persimpangan penting. Tanpa perlindungan dan dukungan kebijakan yang tepat, Indonesia akan terus didera pada impor baja, padahal kapasitas dalam negeri sesungguhnya sudah mencukupi.
“Regulasi dan kebijakan dari pemerintah serta dukungan dari DPR sangat krusial. Ini bukan hanya soal kepentingan satu perusahaan, tapi tentang menjaga kedaulatan industri strategis nasional,” ujar Akbar Djohan dalam keterangan resminya.
Baja Impor Ancaman Nyata bagi Produsen Lokal
Tantangan terbesar yang kini dihadapi industri baja nasional adalah membanjirnya produk baja impor murah, terutama dari Tiongkok. Dalam tiga tahun terakhir, ekspor baja Tiongkok melonjak drastis: dari 67 juta ton pada 2022 menjadi 90 juta ton pada 2023, dan mencapai 117 juta ton pada 2024. Sekitar 50 persen dari ekspor itu mengalir ke pasar Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
“Produk baja impor bisa dijual lebih murah hingga 20-25 dolar per ton. Tanpa instrumen perlindungan seperti Bea Masuk Anti Dumping (BMAD), Safeguard melalui Bea Masuk Imbalan, dan juga Bea Masuk Tindakan Pengamanan (BMTP), produsen lokal akan kesulitan bersaing,” jelas Akbar.
Di sisi lain, Indonesia sejatinya memiliki kapasitas produksi baja yang cukup besar. Bahkan, sekitar 80 persen kebutuhan baja nasional bisa dipenuhi dari dalam negeri. Namun, kenyataannya 40-55 persen kebutuhan baja masih menggunakan produk impor. Hal ini menyebabkan utilisasi produksi Industri Baja Nasional rata-rata hanya mencapai 57 persen.
“Perlunya implementasi tata niaga impor yang optimal agar impor hanya dilakukan jika produksi dalam negeri benar-benar tidak mampu memenuhi kebutuhan. Jika tidak diatur, industri baja nasional akan semakin terpuruk,” tambahnya.
Dukungan Modal Kerja : Kunci Keberlanjutan Industri Baja Dalam Negeri
Selain tantangan eksternal, Krakatau Steel Group juga menghadapi tantangan internal, khususnya dari sisi kebutuhan modal kerja.
Akbar Djohan menyebutkan bahwa penyediaan modal kerja merupakan kebutuhan mendesak agar perusahaan dapat mengoperasikan fasilitas produksi secara efisien dan berkelanjutan. KS Group memiliki kapasitas produksi mencapai 7,9 juta ton per tahun dengan berbagai produk unggulan seperti Hot Rolled Coil (HRC), Cold Rolled Coil (CRC), pipa las, hingga profil konstruksi.
“Restrukturisasi keuangan dan penyediaan modal kerja menjadi kunci. Tanpa dukungan finansial, upaya peningkatan produktivitas dan efisiensi tidak akan optimal,” jelasnya.
Untuk itu, Krakatau Steel Group mengusulkan agar pemerintah dan DPR dapat mendukung percepatan penyediaan modal kerja bagi perusahaan. Dukungan tersebut diharapkan tidak hanya membantu Krakatau Steel Group bertahan, tetapi juga memperkuat rantai pasok baja nasional dan mengurangi ketergantungan pada impor.
Hilirisasi dan Sinergi: Jalan Menuju Kemandirian Baja Nasional
Meski tantangan yang dihadapi tidak kecil, Krakatau Steel Group tetap optimistis terhadap masa depan industri baja nasional. Salah satu strategi utama yang tengah dijalankan adalah penguatan hilirisasi dan perluasan sinergi lintas sektor.
Menurut Akbar Djohan, hilirisasi akan membuka peluang besar untuk memperluas rantai nilai produk baja sekaligus menciptakan pasar domestik yang lebih kuat. “Sinergi dengan sektor perkapalan, militer, transportasi, hingga program pembangunan perumahan rakyat akan menjadi motor baru pertumbuhan industri baja nasional,” tegasnya.
Salah satu peluang strategis yang tengah dibidik adalah program pemerintah untuk pembangunan tiga juta rumah rakyat. Proyek besar ini diperkirakan akan menyerap baja dalam jumlah signifikan dan menjadi momentum penting bagi penguatan industri baja dalam negeri.
Akbar Djohan juga menegaskan pentingnya peran dari legislatif dalam bentuk dukungan untuk mendorong adanya kebijakan perlindungan pasar, pengendalian tata niaga impor, penyediaan modal kerja, dan fasilitasi hilirisasi.
“Kalau semua pihak bersinergi, industri baja nasional tidak hanya akan bertahan, tapi juga tumbuh menjadi tulang punggung pembangunan nasional. Krakatau Steel Group siap berada di garda terdepan dalam agenda besar ini,” pungkas Akbar Djohan yang juga menjabat sebagai Chairman ALFI/ILFA (Asosiasi Logistik & Forwarder Indonesia) serta Chairman IISIA (Indonesia Iron & Steel Industry Association).
Adapun program adalah salah satu bagian bagi kemajuan/kesejahteraan masyarakat Indonesia. Dan hal ini bagian dari ASTA CITA Presiden Prabowo Subianto.