/ Carbon Offset Asia mengumumkan hutan karbon pertama di Papua, Indonesia
Setelah dua tahun mencari peluang hutan karbon dengan skema REDD, pengembang karbon asli Indonesia Carbon Offset Asia mengumumkan hutan karbon pertama di wilayah Papua, Indonesia. Hutan karbon ini melindungi konsesi lahan gambut yang tersisa di Indonesia agar tidak dikonversi.
Catatan utama:
- Wilayah Papua di Indonesia kaya akan lahan gambut, hutan bakau, dan cadangan mineral dengan nilai karbon tinggi. Namun kekayaan karbon Papua terancam oleh perkebunan kelapa sawit ilegal, pembukaan lahan pertanian baru, eksploitasi kayu, dan konsesi baru pertambangan tembaga, emas, dan perak.
- Pada akhir tahun 2022, Carbon Offset Asia (COA) mendapatkan dukungan dari Pemerintah Provinsi Papua untuk mengelola konsesi hutan seluas 28.161 ha yang sebelumnya ditandai sebagai HPK (hutan yang akan dikonversi) oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan di Kabupaten Waropen, Provinsi Papua.
- Hak konsesi seluas 28.161 ha yang aktif sampai tahun 2053, yang sekarang disebut konsesi “Lestarikan Bumi Papua”, terdiri dari 50% lahan gambut dan 50% lahan mineral. Pra-Studi Kelayakan untuk hutan karbon ini menghasilkan 3,7 juta kredit karbon per tahun.
- Carbon Offset Asia membuka peluang kemitraan untuk entitas swasta yang tertarik untuk bersama-sama mengelola hutan karbon Lestarikan Bumi Papua.
Co-founder dan CEO Carbon Offset Asia Glory Harimas Sihombing menyampaikan: “Kami mulai pencarian untuk memiliki konsesi hutan karbon sendiri dua tahun lalu. Kami mempelajari semua konsesi hutan di Indonesia, khususnya konsesi gambut yang tidak dilindungi oleh moratorium lahan gambut pemerintah Indonesia karena alasan teknis / alasan tertentu.”
“Pada pertengahan 2022, kami mendapatkan informasi tentang konsesi hutan baru yang ditawarkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk dikonversi atau HPK di Papua. Ketika kami menyadari bahwa konsesi tersebut berisi lahan gambut yang tidak dilindungi, kami bergerak cepat dalam mendapatkan dukungan pemerintah daerah untuk mengelola konsesi tersebut menjadi hutan karbon bersama masyarakat lokal.”
Hutan di Papua telah mendapatkan perhatian internasional sebagai wilayah Indonesia yang terancam perluasan perkebunan kelapa sawit, lahan pertanian baru, eksploitasi kayu, pertambangan tembaga, emas, dan perak.
Konsesi Lestarikan Bumi Papua yang dikelola oleh Carbon Offset Asia terdiri dari 50% lahan gambut dan 50% lahan mineral. Konsesi hutan karbon ini sangat berharga untuk dikonservasi karena terancam kehancuran total.
Menurut peta yang dirilis oleh Daemeter, konsesi Lestarikan Bumi Papua di Waropen merupakan konsesi hutan dan gambut yang berisiko dikonversi menjadi pertanian dan perkebunan.
Menurut peta yang dirilis oleh JASOIL, konsesi Lestarikan Bumi Papua di Waropen tumpang tindih dengan potensi konsesi mineral, minyak, dan gas untuk dieksploitasi.
Carbon Offset Asia bersama mitranya Arara Bentang Semesta telah mengerahkan tim lokal untuk memulai proyek hutan karbon di lokasi tersebut. Rencana Carbon Offset Asia adalah mendaftarkan dan memvalidasi Lestarikan Bumi Papua menggunakan sistem SRN Indonesia sebagai proyek REDD pada pertengahan 2023.
Carbon Offset Asia dan Arara Bentang Semesta saat ini sedang mencari mitra lokal dan internasional untuk bersama-sama mengembangkan proyek dan menjajaki peluang lain untuk mengamankan konsesi hutan dan lahan gambut yang tidak terlindungi lainnya di Indonesia.
Carbon Offset Asia
contact: glory@carbonoffset.asia