/ Luar Biasa! 9 Tahun Komitmen LindungiHutan Bersama Komunitas Penjaga Alam
Semarang, 9 Mei 2025 – Tahun ini menandai sembilan tahun perjalanan LindungiHutan dalam menggandeng masyarakat pesisir Tambakrejo, Kota Semarang, untuk mewujudkan upaya penghijauan berkelanjutan.
Sejak 2016, warga lokal bersama LindungiHutan telah menunjukkan bahwa kolaborasi jangka panjang mampu menghasilkan dampak sosial, ekonomi, dan lingkungan yang signifikan.
Pak Juraimi atau akrab disapa Pak Ju, Ketua KPL Camar yang telah memimpin komunitas sejak 2013, mengisahkan bahwa keterlibatan warga dalam program LindungiHutan bermula dari keresahan akan abrasi dan erosi yang terus menggerus wilayah pesisir.
“Sebagai putra daerah, saya merasa amanah untuk menjaga kampung halaman. Alhamdulillah, sejak LindungiHutan hadir, kami bisa bersama-sama menanam mangrove dan mengembalikan wilayah kami dari ancaman abrasi,” ujarnya.
Program konservasi yang dijalankan tidak hanya sebatas penanaman pohon. Masyarakat juga diberikan pemahaman menyeluruh tentang manfaat mangrove, mulai dari fungsi ekologis hingga potensi ekonomi.
“Mangrove itu bukan hanya menahan abrasi. Daunnya bisa dijadikan keripik, batangnya bisa jadi pewarna batik. Bahkan, akar-akarnya mendukung pemijahan ikan, yang tentu sangat membantu nelayan,” tambah Pak Ju.
Dengan pendekatan strategis seperti konsep “segitiga penanaman”, program ini tidak hanya memulihkan lingkungan tapi juga menggerakkan roda ekonomi.
Para bapak mendapatkan tambahan penghasilan melalui kegiatan penanaman, sementara para ibu memanfaatkan hasil mangrove untuk produk olahan. Pendekatan ini telah menciptakan ekosistem pemberdayaan yang holistik dan berkelanjutan.
Sembilan tahun program berjalan, perubahan sudah mulai dirasakan. Udara yang dulunya panas dan ekstrem kini lebih sejuk, dan intensitas air pasang mulai berkurang. Meski belum sepenuhnya pulih, sekitar 75% perubahan positif telah dirasakan masyarakat.
“Sekarang air pasang tidak seagresif dulu. Lingkungan kami lebih hijau, lebih nyaman. Kami merasa lebih terlindungi,” ujar Pak Ju.
Salah satu kekuatan LindungiHutan, menurut Pak Ju, adalah kemampuannya untuk menjalin kolaborasi tanpa membeda-bedakan.
“Semua diperlakukan setara. Dari awal hingga akhir, kontribusi LindungiHutan bisa dibilang 90% dari proses pendampingan. Ini berbeda dengan banyak program lain yang kadang hanya datang sebentar,” ungkapnya.
Pak Ju berharap, pendekatan kolaboratif dan berbasis masyarakat ini bisa ditularkan ke wilayah lain. “Semoga LindungiHutan bisa hadir di tempat-tempat lain yang lebih membutuhkan. Kami sudah merasakan manfaatnya, semoga bisa menjadi contoh untuk kampung-kampung lain agar lebih peduli lingkungan,” tutupnya.