/ Lentera Merilis Aplikasinya dengan Mengadakan Diskusi Literasi “Buku Cetak vs Buku Digital: Membangun Ekosistem Literasi yang Kolaboratif dan Multifaset”
Jakarta, 27 September 2023 - Di era di mana teknologi digital terus berkembang pesat, pertanyaan tentang peran buku digital dalam dunia literasi menjadi topik yang sangat hangat. Banyak pihak yang menuding kehadiran buku digital membunuh eksistensi buku cetak, mematikan industri penerbitan karena penulis dapat langsung memasarkan karyanya, hingga mematikan aliran royalti bagi penulis dan penerbit karena buku digital sangat rentan untuk disebarkan secara ilegal. Namun, benarkah demikian? Bila industri kreatif lainnya seperti industri film dan musik bisa bersinergi antara pelaku usaha dan platform digital, mengapa tidak demikian bagi industri literasi?
Menjawab pertanyaan yang menjadi keresahan banyak pelaku literasi ini, Lentera App mengadakan kegiatan bincang-bincang dengan mengangkat tema “Buku Cetak vs Buku Digital: Membangun Ekosistem Literasi yang Kolaboratif dan Multifaset”, pada momen peluncuran aplikasinya yang diadakan pada 27 September 2023, di ajang Indonesia International Book Fair di Indonesia Convention Exhibition (ICE), BSD Tangerang. Diskusi ini dihadiri oleh sejumlah narasumber ternama dari berbagai bidang, yaitu, John H. McGlynn selaku Direktur Penerbit Yayasan Lontar, Gol A Gong selaku Duta Baca Indonesia, Reynald selaku Inisiator Komunitas Book Clan, dan Annastasia Puspaningtyas selaku Founder & CEO Lentera. Acara diskusi akan dimoderatori oleh Feby Indirani selaku Penulis dan Jurnalis.
Annastasia Puspaningtyas, CEO dan Founder Lentera mengatakan, “Dengan bangga, Lentera meluncurkan aplikasi Lentera App, sebuah aplikasi perpustakaan digital yang juga berfungsi sebagai digital book marketplace bagi pelaku industri literasi, khususnya di Indonesia. Saya berharap kehadiran Lentera App dapat membawa angin segar pembaruan dan dapat dimanfaatkan sebagai wadah/platform untuk memasarkan karya literasi ke seluruh pelosok Indonesia maupun ke dunia internasional. Lentera App hadir untuk memberikan solusi modern bagi dunia literasi, bukan sebagai ancaman bagi industri penerbitan cetak. Sebagai buktinya, kami pun merangkul beberapa penerbit cetak untuk berkolaborasi bersama Lentera App. Kami pun mengadakan kegiatan bincang-bincang pada hari peluncuran kami, untuk menjembatani jurang yang selama ini memisahkan antara pelaku industri buku cetak dan buku digital.”
John H. McGlynn, Direktur Penerbit Yayasan Lontar yang menaungi tiga penerbitan cetak, turut menyampaikan, “Buku cetak adalah warisan berharga yang telah melahirkan banyak generasi penikmat literasi, termasuk karya sastra di Indonesia. Namun, kita juga tidak boleh menutup mata terhadap perubahan zaman saat ini. Kehadiran buku digital menjadi sebuah bentuk kemajuan menuju inklusi literasi yang lebih luas dalam dunia modern. Dengan adanya kolaborasi yang tepat, saya percaya bahwa seluruh ekosistem penerbit, terutama penerbit cetak, tetap dapat bertahan."
Sebagai pegiat literasi, Gol A Gong, Duta Baca Indonesia periode masa bakti 2021-2025, telah melakukan safari literasi ke berbagai wilayah di Indonesia, dan telah melihat secara langsung bagaimana tingkat literasi masyarakat setempat. “Tingkat literasi masyarakat Indonesia memang masih belum merata, terutama karena sulitnya akses untuk mendapatkan buku-buku bermutu. Semoga kehadiran Lentera App dapat sedikit banyak membantu pemerataan akses buku-buku bermutu. Dengan demikian, tingkat literasi masyarakat Indonesia bisa semakin tinggi dan merata.”
Reynald, Inisiator Komunitas Book Clan, komunitas membaca bareng yang mayoritas anggotanya adalah generasi Z, berpendapat bahwa buku digital lebih mudah diterima oleh generasi muda dibandingkan dengan generasi senior, karena kemudahan akses yang ditawarkan menjadi salah satu daya tarik tersendiri. Ia menambahkan, “Kehadiran buku digital memang cukup digandrungi oleh para generasi muda, mengingat akses membaca yang lebih simpel dan juga lebih ramah lingkungan. Namun tidak jarang, teman-teman komunitas yang sudah membaca buku versi digital, juga membeli versi cetaknya karena ingin dijadikan koleksi. Kehadiran dua format yang berbeda ini membawa warna tersendiri bagi pecinta literasi generasi muda, dan saya percaya setiap format memiliki pasarnya masing-masing."