/ Mengangkat Lerak dari Tanah Cepu ke Panggung Global, Perkuat Ekonomi Petani Melalui Alira Alura
Blora, 7 Maret 2025 – Alira Alura, social enterprise berbasis keberlanjutan yang digagas oleh Arfiana Maulina dan Pramudono Adhi Kumoro, kembali mencuri perhatian dunia. Berawal dari kampanye #BacktoLerak dari WateryNation yang mengangkat sabun alami khas Nusantara, Alira Alura kini memperluas dampaknya hingga ke akar rumput di Cepu, Jawa Tengah, mendukung para petani lerak lokal dengan sistem intercropping yang ramah lingkungan dan mendukung ekonomi sirkular.
Arfiana Maulina, sosok muda di balik gerakan ini, dikenal sebagai aktivis lingkungan dan pendiri Yayasan Tirta Artha Asri WateryNation. Di bawah kepemimpinannya, WateryNation fokus mengedukasi anak muda tentang air bersih dan gaya hidup ramah lingkungan sejak 2020. Melalui Alira Alura di tahun 2025, Arfiana melangkah lebih jauh dengan menghadirkan produk-produk personal care dan household cleaning berbasis lerak, yang tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga mendukung kesejahteraan petani lokal di Cepu.
“Selama ini, lerak dikenal sebagai kearifan lokal yang mulai dilupakan. Padahal, selain efektif sebagai sabun alami, lerak juga punya potensi ekonomi luar biasa jika dikelola dengan pendekatan keberlanjutan,” ujar Arfiana Maulina, Max Thabiso Edkins Climate Ambassador 2025 dan Exhibitor APFSD Youth Forum 2025.
Alira Alura akan menjalin kemitraan langsung dengan kelompok tani di Cepu. Melalui sistem intercropping, petani lerak didorong menanam lerak bersamaan dengan tanaman pangan maupun lahan kritis.
Produk-produk Alira Alura, mulai dari eco-detergent, sabun mandi, shampoo, hingga antibacterial spray, seluruhnya menggunakan ekstrak lerak sebagai bahan utama. Formula ini dirancang agar ramah terhadap ekosistem air, sekaligus mengurangi ketergantungan masyarakat pada deterjen sintetis yang menyumbang hingga 80% pencemaran air rumah tangga (UNESCO, 2021).
Kampanye #KillGermsNotFish yang diusung Alira Alura bukan sekadar slogan. Melalui kampanye ini, Alira Alura mengedukasi konsumen tentang keterkaitan antara produk rumah tangga yang mereka gunakan dengan kualitas air di sekitar mereka.
“Setiap tetes air yang kita kembalikan ke bumi, menentukan kualitas hidup generasi selanjutnya. Dengan memilih produk ramah lingkungan, kita tidak hanya menjaga kesehatan keluarga, tapi juga melindungi sumber air bersih,” tambah Arfiana.
Keberhasilan Alira Alura membawa dampak ke Cepu dan memperkenalkan produk berbasis lerak hingga ke forum-forum internasional menunjukkan bahwa kearifan lokal bisa menjadi solusi global. Di ajang Asia-Pacific Forum on Sustainable Development (APFSD) Youth Forum 2025 di Bangkok, Arfiana memperkenalkan Alira Alura dan kampanye #BacktoLerak di hadapan 549 delegasi dari 24 negara, serta para tamu kehormatan seperti:
Christophe Bahuet – Deputy Regional Director for Asia and the Pacific, UNDP
Per Linnér – Deputy Head of Development Cooperation for Asia and the Pacific, Embassy of Sweden
Sivananthi Thanenthiran – Executive Director, ARROW
Perwakilan UNESCAP, UNEP, dan KBRI Bangkok.
Kehadiran Alira Alura di forum internasional ini memperkuat pesan bahwa inovasi berbasis kearifan lokal seperti lerak mampu berkontribusi dalam pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya pada pilar Clean Water and Sanitation (SDG 6) dan Responsible Consumption and Production (SDG 12).
Perjalanan Arfiana Maulina menuju panggung global tidak lepas dari lika-liku personalnya. Sebagai penyintas Sudden Hearing Loss (SNHL) dan Tinnitus, Arfiana pernah kehilangan 70% pendengaran di telinga kirinya dan harus menjalani 20 sesi terapi hiperbarik serta mengonsumsi methylprednisolone dengan efek samping berat. Namun, di tengah keterbatasannya, Arfiana menemukan kembali makna perjuangan lewat air bersih, WateryNation, dan kini Alira Alura.
“Aku percaya, inovasi berkelanjutan bukan tentang teknologi canggih saja, tapi bagaimana kita kembali ke akar, memaksimalkan apa yang sudah diwariskan alam, dan mengolahnya dengan cara yang menghormati bumi,” tutup Arfiana, Perempuan yang lahir dari Indigenous Dayak dan Jawa.