/ Bergerak Cepat, Kementerian PU Pulihkan Jalur Strategis dan Fasilitas Publik di Nagekeo, NTT
Berdasarkan laporan dari lapangan, dampak bencana ini sangat signifikan. Sedikitnya empat jembatan vital mengalami kerusakan. Dua jembatan, yaitu Jembatan Teodhae 1 dan Teodhae 2 di Desa Sawu, aksesnya terputus total. Sementara itu, dua jembatan lainnya yang berada di Desa Maukeli dan Aewoe dilaporkan mengalami kerusakan berat. Banjir bandang tidak hanya melumpuhkan konektivitas, tetapi juga membawa duka mendalam dengan tercatat 3 orang meninggal dunia dan 7 orang lainnya masih dalam status hilang. Kerugian materiil juga tidak sedikit, mencakup rumah, kendaraan, dan ternak milik warga yang hanyut terbawa arus.
Melihat skala kerusakan yang terjadi, Menteri PU Dody Hanggodo menegaskan bahwa penanganan bencana ini tidak bisa dilakukan setengah-setengah. Ia menekankan pentingnya kolaborasi untuk mencari solusi permanen.
“Kita harus duduk bersama dengan Pemerintah Daerah (Pemda) setempat kenapa ini bisa terjadi. Alat berat seperti pompa dan tim kita harus turun semua. Bahkan di beberapa tempat sudah mulai kering,” ujar Menteri Dody, mengisyaratkan perlunya evaluasi dan aksi terpadu yang cepat.
Sebagai wujud nyata dari arahan tersebut, Kementerian PU melalui Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN) NTT, Direktorat Jenderal Bina Marga, telah menerjunkan tim dan alat berat. Sejumlah excavator dan wheel loader dikerahkan untuk membersihkan material lumpur dan puing yang menutup ruas jalan strategis Maumbawa–Mauponggo–Sp. Gako. Di samping itu, tim di lapangan juga bergerak memasang rambu-rambu peringatan di titik-titik rawan dan memulai pemasangan bronjong untuk mencegah erosi lebih lanjut.
Kepala BPJN NTT, Janto, menjelaskan bahwa solusi untuk konektivitas yang terputus sudah disiapkan. “Kementerian PU juga sedang memobilisasi jembatan bailey darurat sepanjang 30 meter dari Pulau Timor untuk menghubungkan kembali jalur yang terputus. Target pemasangan jembatan darurat ini pada minggu depan, sehingga akses masyarakat dapat segera pulih,” jelas Janto.
Namun, tantangan di lapangan cukup besar. Janto menambahkan, “Karena terdapat 2 jembatan dengan panjang masing-masing 60 meter yang rusak total, masih dibutuhkan tambahan jembatan bailey sepanjang 90 meter untuk penanganan darurat berikutnya.”
Selain jembatan darurat, penanganan tebing-tebing sungai juga menjadi prioritas. Data di lapangan menunjukkan kebutuhan bronjong mencapai 10.000 m³. Saat ini, stok yang tersedia baru 1.300 m³—terdiri dari 1.000 m³ dari BPJN NTT dan 300 m³ dari Dinas PUPR Kabupaten Nagekeo. Untuk menutupi kekurangan sebesar 8.700 m³, pasokan tambahan akan segera dikirim dari gudang pusat dan penyedia jasa konstruksi.
Komitmen pemerintah untuk memulihkan Nagekeo sangat kuat. Kementerian PU akan terus bekerja dan memastikan seluruh jalur strategis dan fasilitas publik berfungsi kembali, sejalan dengan prioritas utama untuk menjaga keselamatan warga dan konektivitas antarwilayah.
“Kementerian PU berkomitmen untuk selalu sigap melakukan penanganan terhadap bencana. Fokus utamanya adalah keselamatan masyarakat dan memastikan konektivitas antarwilayah tetap terjaga,” tambah Janto.
Melalui kerja sama yang erat dengan pemerintah daerah, aparat setempat, dan seluruh elemen masyarakat, Kementerian PU optimistis infrastruktur di Kabupaten Nagekeo dapat segera pulih dan berdampak positif bagi masyarakat. Upaya bergerak cepat untuk memperbaiki infrastruktur ini diharapkan tidak hanya mengembalikan mobilitas warga, tetapi juga membangkitkan kembali roda perekonomian daerah yang sempat terhenti akibat bencana.
Program kerja ini merupakan bagian dari “Setahun Bekerja, Bergerak - Berdampak” dalam menjalankan ASTA CITA dari Presiden Prabowo Subianto.
#SigapMembangunNegeriUntukRakyat
#SetahunBerdampak